Memanah adalah salah satu keterampilan tertua dalam sejarah manusia. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa busur dan anak panah sudah digunakan sejak lebih dari 10.000 tahun yang lalu, terutama sebagai alat berburu dan bertahan hidup. Artefak tertua ditemukan di wilayah Afrika, Mesir, dan Asia Timur, di mana masyarakat menggunakan busur sederhana dari kayu dan tali alami untuk menembak hewan buruan.
Seiring perkembangan zaman, memanah tidak hanya digunakan untuk berburu, tetapi juga menjadi senjata utama dalam peperangan. Peradaban besar seperti Mesir Kuno, Persia, Yunani, Romawi, Mongol, hingga Jepang memiliki pasukan pemanah elit.
Di Jepang, seni memanah berkembang menjadi Kyudo, yang menggabungkan teknik, disiplin, dan filosofi spiritual. Sementara di Inggris, pemanah terkenal seperti Longbowmen menjadi tulang punggung kemenangan dalam berbagai pertempuran abad pertengahan.
Ketika senjata api mulai menggantikan busur di medan perang, memanah bertransformasi menjadi kegiatan rekreasi dan olahraga. Pada abad ke-16, bangsawan Eropa menjadikan memanah sebagai simbol prestise dan ketangkasan.
Tahun 1900, memanah pertama kali dipertandingkan di Olimpiade Paris, menandai langkah awalnya sebagai cabang olahraga internasional. Setelah sempat absen beberapa dekade, memanah kembali masuk ke Olimpiade secara resmi pada tahun 1972 di Munich, dengan aturan yang distandardisasi oleh World Archery Federation (WA).
Saat ini, olahraga memanah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Terdapat berbagai jenis busur seperti recurve, compound, dan traditional bow, masing-masing dengan karakteristik dan teknik berbeda.
Teknologi modern menghadirkan material canggih seperti carbon fiber dan aluminium alloy, menjadikan busur lebih ringan, kuat, dan akurat. Selain itu, kompetisi panahan kini hadir dalam berbagai format — dari target archery, field archery, hingga 3D archery.
Di Indonesia, panahan mulai dikenal luas sejak era PON (Pekan Olahraga Nasional) dan semakin berkembang setelah berbagai atlet Tanah Air meraih prestasi di ajang internasional.
Federasi panahan nasional, PERPANI (Persatuan Panahan Indonesia), terus berperan dalam membina atlet serta mempopulerkan olahraga ini ke masyarakat umum. Kini, panahan tidak hanya milik atlet, tetapi juga menjadi hobi dan gaya hidup baru bagi banyak orang yang ingin melatih fokus, ketenangan, dan ketepatan.
Dari alat berburu sederhana hingga olahraga berkelas dunia, perjalanan panjang memanah menunjukkan bahwa seni ini bukan sekadar tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang fokus, disiplin, dan ketenangan pikiran.
Melalui semangat itu, RAMP Archery hadir untuk mendukung setiap langkah pemanah — dari pemula hingga profesional — dengan berbagai perlengkapan panahan terbaik agar pengalaman memanah Anda semakin maksimal.